Konflik Antara Kelompok vs Kelompok
PT. Freeport vs Front Persatuan Perjuangan Rakyat Papua
PT Freeport saat ini memang menjadi pemberitaan di banyak media massa, cetak, elektronik. Terkait dengan kontibusinya terhadap Indonesia khususnya Papua. Sampai saat ini Freeport belum bisa menyejahterakan Papua, Timika. Padahal Freeport berada di Papua sejak 1967. Emas, Tembaga, dan Perak banyak diambil dengan persentase pembagian keuntungan yang tidak merata.
Mirisnya lagi berdasarkan data penduduk setempat, 47,99 % masyarakat papua dihimpit kemiskinan, dan di Papua Barat persentasenya 36,85 %. Jika digabungkan, total persentase keluarga yang dihimpit kemiskinan di semua wilayah yaitu 45,43%.
Data juga mengungkapkan, produksi emas di Grasberg mencapai 86,2 juta ons, 32,2 juta tembaga dan 154,9 juta ons perak, namun ironisnya Papua tergolong provinsi miskin dan mayoritas penduduk Mimika di mana Freeport beroperasi, hidup di bawah garis kemiskinan.
Pemerintah kehilangan triliunan rupiah setiap tahun, padahal keuntungan bersih perusahaan itu pada 2002 mencapai Rp 1,27 triliun, tahun 2003 naik menjadi Rp 1,62 triliun, berikutnya melonjak menjadi Rp 9,34 triliun.
AS menguasai 81,2 saham PT Freeport Indonesia, sedangkan pemerintah Indonesia hanya 9,4 persen dan walaupun kontrak Freeport habis pada 1997, kontrak karya diperbarui di mana Freeport mendapat lisensi baru selama 30 tahun berikutnya, ditambah opsi dua kali 10 tahun sehingga perusahaan itu berhak berada di Tembagapura hingga 2041. Para intelektual Indonesia khususnya cendekiawan Papua harus memberi solusi bagaimana sumber daya alam Papua dikelola secara adil.
Jadi wajar jika masyarakat papua semakin gerah dengan hal ini. Dan itu dibuktikannya dengan konflik berkepanjangan antara masyarakat dengan perusahaan. Mereka menamakan diri mereka dengan Front Persatuan Perjuangan Rakyat Papua. Wajar insiden penembakan, kerusuhan, pembunuhan terjadi berkali-kali. Ketidakadilan antara perusahaan dengan masyarakat merupakan momok menakutkan bagi kita karena memicu peperangan jika tidak diatasi segera.
Kekerasan, perusakan lingkungan, dan ketidakadilan sosial, paparnya, telah melekat dalam sejarah operasi PT Freeport di Papua yang mulai beroperasi sejak tahun 1967. Insiden yang terjadi berturut-turut di Papua dinilai tidak terlepas dari rangkaian persoalan ketidakadilan yang timbul akibat beroperasinya PT Freeport Indonesia di Papua. ketidakadilan dengan diberikan ruang sangat besar oleh Pemerintah kepada PT Freeport untuk mengeksploitasi kekayaan tanah Papua. "PT Freeport mengeksploitasi dan mengakses kehidupan politik, ekonomi, dan sosial rakyat Papua. Ketika sudah kebablasan, pemerintah tidak berdaya," menurut Berry Nahdian, Direktur Eksekutif Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia.
kita ingin lagi membahas hal yang sebenarnya kurang terekspose oleh media, yaitu Uranium. Sebenarnya yang diincar oleh USA lewat PT Freeport bukan emas, tembaga, atau perak, melainkan Uranium. Hal ini juga ditekankan oleh guru Fisika SMA Bahtra Audika, bahwa Uranium merupakan proses penciptaan energi terbaru yang akan mulai dipakai di masa depan, energi nuklir yang bahan utamanya adalah Uraninum. Dan hal yang membuat kita terkejut adalah Ampas dari Uranium yaitu Emas. Ini yang menjadi perhatian kita semua bahwa selama ini PT Freeport memproduksi Uranium secara diam-diam. Cadangan energi masa depan kita semakin berkurang. Ini harus segera diberikan solusi.
Berikut ini kami memberikan poin faktor penyebab terjadinya konflik tersebut:
· Pembagian Keuntungan Tidak Merata: mesk
· Lingkungan yang terbengkalai akibat penambangan
· Perekrutan tenaga asing
Solusi yang kami tawarkan terhadap permasalahan tersebut diatas adalah:
· Merangkul masyrakat sekitar untuk membangun dan menjalankan kegiatan ekonomi.
· Pembagian keuntungan yang merata
· Pemerintah berperan aktif dalam melakukan pengawasan sehingga bisa terdeteksi jika terjadi penyelewengan.
· Perubahan manajamen.
· Peningkatkan kepemilikan saham oleh pemerintah, sehingga hasil tambang bisa dimanfaatkan sendiri.
· Penampungan Uranium oleh Negara dengan persentase hampir seimbang dengan PT Freeport.
0 Comments:
Posting Komentar