Waktu itu di daerah Sumatra, ada dua orang yang saling berteman. Mereka akrab sekali seperti saling bersaudara. Meskipun mereka akrab seperti saudara, namun mereka mempunyai kepribadian, watak, sifat yang sungguh bertolak belakang. Bagai air dan minyak.
Mereka bernama Anto dan Budi. Mereka sama-sama pengangguran. Anto memiliki sifat, kepribadian, watak yang buruk. Anto ini adalah seorang pemabuk dan penjudi. Sungguh menyusahkan bagi orang lain. Sedangkan Budi adalah seorang pemuda yang alim, rajin sholat dan mengaji di mesjid. Hal ini tidak membuat persahabatan mereka hancur. Mereka tetap bermain bersama, berjalan-jalan, bermain bola. Kegiatan yang sering dilakukan pemuda pada umumnya.
Seringkali Budi mengajak Anto untuk menghindari kebiasaan buruknya itu dan melakukan kegiatan positif, dan mengajak kembali kepada Allah untuk beribadah di jalannya. Tetapi usaha Budi ini selalu kandas karena tidak terbesit sedikitpun Anto untuk melakukan anjuran dari sahabat karibnya ini.
Akhirnya Budi mencoba merantau untuk mengadu nasib di Jakarta. Akhirnya mereka pun berpisah. Dan beberapa tahun kemudian Budi telah sukses. Dia bekerja di sebuah perusahaan di Jakarta, sedangkan Anto ini bekerja sebagai tukang es di dekat daerah tempat tinggalnya.
Kemudian lima tahun setelah itu Budi mendapat kabar bahwa sahabat karibnya ini meninggal dunia karena kondisi paru-parunya yang sudah hancur akibat kebiasaan buruknya itu dan dia tidak mempunyai cukup uang untuk berobat. Budi sedih mendengar hal ini dan langsung pergi ke Sumatra dengan menggunakan mobilnya.
Setelah sampai di sana, Budi pun langsung melihat kondisi mayat sahabat tercintanya ini. Menangislah Budi terisak-isak. Wajahnya sungguh buruk, badannya sungguh kurus, matanya melotot, dan mulutnya menganga. Budi pun mencoba memejamkan mata Anto dan menutup mulutnya namun gagal dalam percobaan berkali-kali.
Akhirnya setelah dimandikan dan dikafani, jenazah segera dimakamkan, dengan Budi mengangkat di posisi paling depan. Tapi keanehan terjadi ketika di perjalanan terdapat hembusan angin yang besar sehingga menghembuskan penutup keranda dan terbang jauh. Keranda pun dalam kondisi telanjang dengan jenazah yang nampak dari kejauhan.
Sesampainya di pemakaman, jenazah diletakkan dan para pekerja pemakaman mulai mengurusi karena memang menjadi tugasnya. Jenazah perlahan dimasukkan ke dalam kubur. Budi pun membantu dari bawah tepatnya di dalam kubur posisinya. Dia menopang jenazah yang dibopong petugas dari arah atas.
Setelah semuanya telah dikondisikan petugas mulai menutup kubur dengan tanah. Budi pun sedih karena terakhir kalinya dia melihat wajah sahabat yang dianggap saudaranya ini.
Sedikit demi sedikit kuburan tertutupi dan mencapai akhir. Ustad mulai membacakan doa dan semua orang dalam kondisi yang khusyuk.
Akhirnya selesai pembacaan doa dan nasihat yang disampaikan sebentar oleh Ustad. Sedikit demi sedikit orang mulai pergi dan tinggal Budi Seorang. nampaknya ia masih ingin berlama-lama. Hampir setengah jam ia duduk sendiri, kemudian bergegas kembali ke Jakarta. Berjalanlah budi hingga mendekati mobil miliknya.
Dia kaget karena kuncinya tidak ditemukan di sekitar. Ternyata ia meninggalkan kuncinya di dalam kubur sahabatnya. Sontak ia bergegas memanggil petugas untuk membongkar kubur Anto. Itu juga telah mendapat izin dari warga setelahnya. Akhirnya dibongkarlah kubur Anto. Sedikit demi sedikit terbuka.
Setelah dikira cukup oleh petugas, Budi pun turun dan membuka papan satu per satu. Kaget bukan kepalang Budi melihat kondisi jenazah Anto. Berlumuran darah, kafan yang sobek, serta bagian wajah yang terbuka. Kondisi jenazah yang terduduk. Ternyata dia selama ini tidak pernah menghadap Allah sampai Budi merantau pun Anto masih tetap seperti itu. Ini mungkin hukuman buat dia, dan bahan renungan kita bahwa ada yang selalu mengawasi kita sepanjang waktu dari jauh sana, yaitu Allah SWT.
0 Comments:
Posting Komentar